watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

BEACH PARTI ISTRIKU

Sekitar satu minggu yang lalu isteriku, Dayu dan
aku diundang hadir ke sebuah beach resort
bersama dengan rekan-rekan kerjanya. Isteriku
bekerja pada bagian marketing di sebuah
perusahaan besar yang sangat sukses beberapa
tahun belakangan, dan hal tersebut berimbas
pada kesejahteraan karyawannya yang semakin
naik dan beberapa bonus juga, salah satunya
adalah perjalanan ke resort kali ini.
Aku sangat bergairah untuk pergi, meskipun dia
merasa khawatir bertemu dengan rekan-rekan
kerja isteriku. Kantor Dayu bekerja sangatlah
berkultur informal, dan kadang Dayu cerita
padaku tentang semua godaan dan cubitan yang
berlangsung selama jam kerja. Aku bekerja pada
sebuah firma hukum, yang sangat disiplin dan
professional, dan bercanda apalagi saling goda
merupakan hal yang tak bisa ditolerir dalam
perusahaan. Dan hal itu mempengaruhi sikap
dan perilakuku dalam keseharian, aku menjadi
seorang yang tegas dan formal. Aku tak begitu
yakin bisa berbaur dengan rekan kerja Dayu
nanti.
Dayu sendiri adalah seorang wanita periang dan
mudah bergaul. Berumur 30 tahun, potongan
rambut pendek seleher dan berwajah manis. Dia
agak sedikit pendek dibawah rata-rata, pahanya
ramping yang bermuara pada pinggang dengan
pantat yang kencang. Sosok mungilnya
berhiaskan sepasang payudara yang lumayan
besar dan namun bulat kencang meskipun tanpa
memakai penyangga bra. Kami berjumpa
dibangku kuliah dan menjadi dekat dalam waktu
singkat lalu menikah tak lama setelah kami lulus.
Dia tak begitu berpengalaman dalam hal seks,
meskipun aku bukanlah lelaki pertama yang
berhubungan seks dengannya.
Kala hari perjalanan itu tiba, kami mengenderai
mobil menuju resort tersebut. Dalam perjalanan
kesana Dayu menceritakan kalau dia telah
membeli sebuah bikini baru untuk akhir pekan
kali ini.
“Mau pamer tubuh ke orang-orang, ya?”
candaku padanya.
“Mungkin,” jawabnya dengan tersenyum.
“Maksudmu?” tanyaku penasaran. Dayu yang
kutahu tak begitu suka mempertontonkan
tubuhnya, aku selalu merasa sulit untuk sekedar
memaki pakaian renang yang minim.
“Nggak ada, bukan apa-apa” Dayu tertawa
menggoda suaminya. “Sudah pernah kubilang
padamu kan kalau dikantor kita senang bercanda
dan saling menggoda. Liburan ini pasti tak ada
bedanya, hanya tempat dan suasananya yang
beda untuk sedikit genit didepan para pria.”
“Kamu juga genit di depan teman-teman
priamu?” tanya Wisnu gusar.
“Bukan cuma aku, sayang. Semua teman
wanitaku juga melakukannya kok,” jawab Dayu
menjelaskan. “Cuma sedikit genit, menggoda
dan bercanda. Kamu tahu, kadang saling
bercanda mmm… yeah bercanda agak jorok,
seks dan juga sedikit tontonan.”
“Tunggu, apa?” suara Wisnu agak meninggi.
“Tontonan? Kamu mempertontonkan tubuhmu
ke teman-teman priamu?”
“Oh, sayang, ini bukan sungguh-sungguh,”
jawab Dayu. “Cuma menggoda kok. Hanya
sedikit menyingkap baju, kadang sedikit
memberi bonus dengan memperlihatkan dada
sebentar.”
Aku terhenyak, isteriku memperlihatkan
payudaranya pada pria lain? Pria lain di
kantornya? Ini bukan seperti sosok Dayu yang
kukenal selama ini. Hanya seberapa dekat dia
dengan teman kerja prianya? Kepalaku dipenuhi
oleh pikiran yang berkecamuk tak karuan hingga
akhirnya kami tiba di resort.
Segera kuparkir kendaraan kami. Begitu
memasuki lobby dengan bawaan kami,
sekelompok orang melambai ke arah Dayu
untuk mendekat. Mereka adalah beberapa orang
dari rekan-rekan kerjanya dan Dayu
memperkenalkanku. Alan, Dave, Eddie, Gary
adalah nama taman-teman prianya dan yang
wanitanya Sasha, Kristin, Melly dan Nina.
Mereka berkata pada Dayu kalau semua orang
harus bertemu di kolam renang pribadi dan
minum-minum dulu sebelum berikutnya pergi
ke pantai. Kami setuju untuk menyusul mereka
secepatnya setelah menaruh bawaan dikamar
dan berganti pakaian.
Baru saja mereka beranjak, Alan sudah beraksi
dengan mencubit pinggul Dayu yang langsung
memekik kegelian dan mendorong tubuh Alan
menjauh. Aku sangat terkejut mendapati hal
tersebut dan hampir saja teriak marah, tapi
mereka semua mulai tertawa, termasuk Dayu,
jadi aku pikir inilah sebagian dari cara mereka
saling menggoda dan bercanda. Aku tak mau
dianggap seorang yang kolot dan tak bisa
berbaur di lima menit pertama kehadiranku, jadi
aku hanya diam saja membiarkan.
Kami menuju ke kamar kami dan mulai berganti
pakaian dengan pakaian renang. Dayu masuk ke
kamar mandi untuk berganti pakaian dan
kemudian keluar dengan sebuah handuk
membalut tubuhnya. Aku ingin melihat apa yang
dipakainya dibalik handuk tersebut, tapi dia
langsung memotongku sebelum mampu
berkata sepatah kata “Ayo, kita turun!”
Kuraih sebuah buku dan berjalan mengikutinya
menuju kolam renang. Kantor Dayu pasti sudah
menyewa seluruh kolam tersebut, karena ada
logo perusahaan pada semua handuk dan pada
tulisan selamat datang. Ada sekitar lima puluhan
orang di area kola mini. Kebanyakan dari mereka
adalah pria, dan yang membuatku kecewa,
kebanyakan dari mereka terlihat muda dan
menarik. Para wanitanya juga tak ada yang
mengecewakan. Kebanyakan mereka hanya
berbikini minim memperlihatkan keindahan
tubuh muda mereka.
Baru saja aku hendak bertanya dimanakah
teman-temannya yang tadi, saat kulihat isteriku
sedang membuka handuk penutup tubuhnya.
Apa yang terpampang dihadapanku sangat
membuatku terpaku, dibalik handuk tersebut dia
memakai sebuah bikini warna merah tua dan…
sangat minim. Bagian atasnya hanya menutup
sebagian depan dari payudaranya, dan tali
penahannya yang terkalung dileher jenjangnya
terlihat seakan siap untuk dilepas. Sedangkan
bagian bawah hampir menyerupai thong,
memperlihatkan keindahan paha dan bongkahan
pantatnya. Dia terlihat begitu menawan.
Tak heran dia menutupinya dengan handuk saat
dikamar tadi, pikirku. Dia tahu kalau aku pasti
akan meributkan apa yang dipakainya. Baru saja
aku hendak berkomentar namun terpotong oleh
sebuah teriakan dari seberang kolam, “Hey, lihat
Dayu!”
Dan langsung disusul oleh riuh rendah suara
yang diiringi siulan nakal dari para pria di area
kolam tersebut. Dayu hanya tertawa riang lalu
melakukan sebuah pose, memperlihatkan
perutnya yang rata dan kemulusan pahanya
sambil mengoleskan sun-block ke tubuhnya. Dia
menoleh ke arahku dan berkata, “Lihat kan?
Hanya menggoda saja!”
Aku hanya mengangguk dan terdiam. Aku
harapdia mengatakan sesuatu tentang betapa
terbukanya pakaian renang yang dia pakai ini tapi
itu bukan sesuatu yang perlu dipermasalahkan,
ini tetap hanya sebuah bikini. Jika para pria ingin
memandangi tubuh isteriku, apa salahnya
dengan itu? Bahkan aku bisa merasa bangga
akan hal tersebut.
Aku rebah di atas bangku malas dan mulai
membuka buku yang kubawa sedangkan Dayu
berjalan menghampiri teman-temannya. Aku
berencana menghabiskan waktu dengan
membaca, namun mataku terus melayang ke
arah dimana isteriku berada. Setiap kali aku
melihat Dayu, dia tengah asik bercanda dengan
teman prianya. Akhirnya kuputuskan untuk
berhenti membaca, dan hanya memperhatikan
setiap tingkah lakunya sambil terus pura-pura
membaca bukuku.
Di salah satu sudut kolam tersebut ada bar yang
menyuguhkan berbagai macam minuman dan
sudah berulang kali aku kesana untuk sebotol bir
dingin. Kelihatannya minumannya sudah
dipersiapkan dalam jumlah dan ragam yang
banyak untuk membuat pesta ini berjalan
meriah. Kuamati Dayu sudah berulang kali pergi
ke sana untuk segelas margaritas dan entah
sudah berapa banyak orang yang pergi
mengambilkan minuman untuknya. Namun
yang jelas dia semakin bertambah mabuk seiring
berjalannya waktu. Ditambah lagi para pria yang
mendorongnya dan juga para wanita lainnya
untuk minum lebih banyak lagi. Pada suatu
kesempatan Dave menantang Dayu untuk
berlomba menghabiskan minuman dalam gelas
mereka, yang tentu saja dimenangkan Dave
dengan mudah, melihat kondisi Dayu sudah
lebih dari sekedar mabuk.
Baru saja aku mulai kembali membaca, Dayu
datang menghampiri. Dia baru saja keluar dari
dalam kolam dan tubuhnya basah kuyup.
Dengan kain penutup tubuh yang dia kenakan
menempel erat disetiap lekuk tubuhnya,
membuat dia semakin terlihat menggoda.
“Hai, sayang,” sapanya. “Sudah lebih santai?”
“Yeah,” jawab Wisnu. “Kamu sendiri, bisa
bersenang-senang?”
“Oh, ya,” dia tersenyum manja. “Aku sudah
agak mabuk.”
Itu terlihat jelas, tapi aku tak mau lebih
mendesaknya. Dayu mengeringkan tubuhnya
dengan handuknya, lalu melangkah kembali ke
teman-temannya.
Aku kembali pada bacaanku, hingga tiba-tiba saja
kudengar suara jeritan. Dengan cepat aku
menoleh ke arah suara tersebut, tepat disaat
kulihat Melly yang tengah menutupi payudara
telanjangnya dengan tangannya. Salah satu dari
pria tersebut menarik lepas penutup dadanya
dan sekarang tengah berlari dipinggiran kolam
dengan menenteng penutup dada tersebut. Melly
mengejarnya, dengan lengan menyilang
menutupi dadanya hingga si pria berhenti lalu
menangkap tubuh Melly dan menariknya
bersamanya menceburkan diri ke dalam kolam.
Aku dengar sebuah suara jeritan lagi dan salah
seorang wanita yang tak kukenal sekarang juga
tak berpenutup dada. Alih-alih menutupi
payudaranya, kali ini si wanita hanya
membiarkan saja pria yang menarik lepas
penutup dadanya itu berlari menjauh dan dia
terus mengobrol dengan temannya seakan tak
terjadi apapun.
Aku memandang sekeliling untuk mencari Dayu.
Dia sedang sedang mengobrol dengan seorang
pria di kolam yang dangkal. Kuperhatikan Alan
sedang berenang ke arahnya dari belakang dan
muncul tepat dibelakangnya lalu menyentakkan
tali penahan penutup dadanya di leher. Penutup
dada Dayu tertarik erat menekan daging bulat
kenyal tersebut dan tiba-tiba saja payudaranya
terayun meloncat lepas dari penutupnya. Dia
memekik dan tubuhnya berbalik ke belakang
untuk memukul Alan. Alan mengangkat penutup
dada tersebut tinggi ke atas, Dayu hanya tertawa
keras lalu melompat mencoba merebutnya.
Nampak payudaranya terayun seiring tiap
lompatannya, puting merah mudanya terlihat
jelas mencuat keras membuat seluruh pria
dikolam tersebut bersorak riuh.
Dave bergerak ke belakang Dayu lalu menangkap
pinggangnya dan mengangkatnya tinggi tinggi
agar bisa meraih penutup dada yang dipegangi
Alan. Dayu rebut penutup dada tersebut dari
tangan Alan lalu mengibaskannya pada Alan
dengan tertawa genit. Dayu mulai memakai
kembali penutup dadanya, namun masih kalah
cepat dengan tangan Alan yang menjulur ke
arahnya untuk meremas payudara telanjangnya
yang sebelah kiri. Kembali Dayu memekik dan
menepis tangan Alan untuk menjauh.
Rupanya para wanita tak membiarkan begitu
saja dengan perbuatan para pria terhadap
penutup dada mereka. Beberapa menit setelah
Dave membantu Dayu tadi, nampak Melly
berjalan mengendap dibelakang Dave yang
sekarang berdiri di depan Bar lalu menarik turun
celana renang yang dipakai Dave. Sebuah batang
penis yang besar menyembul keluar dan seluruh
wanita menjerit riuh tak terkecuali Dayu. Dave
hanya tertawa keras dan mulai mengejar Melly
yang berlari mengitari tepian kolam. Dengan
konyol Dave berlari mengejr dan mengibas-
ngibaskan batang penisnya ke arah Melly yang
berlari, menjerit dan tertawa.
Setelah beberapa menit kemudian, Dayu keluar
dari kolam renang dan berjalan ke arahku.
Sebelum dia mampu mengucap sepatah kata,
aku sudah memberondongnya dengan
pertanyaan tentang apa yang sedang terjadi
disana.
“Oh, sayang, bukan apa-apa. Mereka hanya
bersenang-senang, itu saja,” jawab Dayu.
“Aku rasa melihatmu telanjang dada dan juga
menyentuh dadamu bukan sekedar bercanda
atapun senang-senang!” kataku ketus.
“Sayang, jangan terlalu kolot begitu. Lagipula aku
sudah memakai penutup dadaku lagi. Lihat para
pria itu, mereka melepas beberapa penutup dada
teman wanitaku yang lainnya lagi dan sebagian
dari para merka, mereka tak ambil pusing untuk
memakainya lagi.”
Dia berhasil memojokkanku. Beberapa teman
wanitanya sekarang sudah mondar-mandir
dengan telanjang dada, terkadang salah seorang
pria akan mendekat untuk sekedar menyentuh
atau meremas payudara mereka.
“Lagipula,” Dayu membungkuk dan tiba-tiba
memelankan suaranya, “Bukankah ini
membuatmu terangsang melihat para pria
melirikku? Mengintip dadaku dan menyentuhnya
sedikit?”
Aku jadi terdiam karena memang itu
kenyataannya. Aku merasakan rangsangan
setelah melihat para pria tersebut menggoda
isterinku, namun aku juga merasakan cemburu
yang sangat besar.
“Semua hanya coba bersenang-senang dan tak
ada yang dirugikan,” sambung Dayu lagi. “Coba
pikirkan saja betapa nakalnya isterimu ini,
membiarkan para pria melihat dadanya dan
menyentuhnya.”
Aku menganggukkan kepala pelan dan dia
tersenyum lebar lalu melangkah pergi. Aku
merasa harus mengucapkan sesuatu, namun
moment tersebut telah musnah. Lagipula, jika
para pria berlaku seperti itu pada semua wanita
di sini, tak ada alasan bagiku untuk merasa
marah. Aku coba lagi untuk konsentrasi pada
buku yang kubawa, namun tak berapa lama rasa
kantuk melanda. Aku ambil kacamatku lalu
dengan cepat terlelap.
Saat aku terbangun, suasana menjadi sangat
riuh di dalam kolam. Kebanyakan para wanita
yang berada disana sudah tak memakai penutup
dada lagi, termasuk Kristin yang tengah berjalan
lewat di depan tempatku berada. Kristin
berbadan lebih tinggi dibandingkan Dayu, tapi
payudaranya lebih kecil. Dadanya terekspos
bebas, dan penutup dadanya terlihat
menggantung dilehernya, mungkin hasil usil
beberapa pria yang melepaskan pengaitnya.
Aku masih merasa ngantuk namun sudah
terjaga, dan dengan kaca mata yang menutupi
mataku terlihat aku masih tertidur. Aku sapukan
pandangan ke seantero area kolam untuk
mencari istriku dan kusaksikan suasana sudah
semakin memanas, beberapa pasang pria wanita
bahkan terlihat saling bercumbu di dalam kolam
renang tanpa mempedulikan sekeliling lagi.
Akhirnya kutemukan keberadaan Dayu, yang
sedang duduk dipinggir kolam dengan kakinya
masuk ke dalam air. Alan menemaninya di
dalam kolam, lengannya bertumpu di atas paha
Dayu. Keduanya terlihat asik ngobrol dengan
wajah yang hampir bersentuhan. Ekspresi wajah
Dayu terlihat jengah, sedangkan Alan terlihat
sedang merajuk tentang sesuatu. Sebentar-
sebentar terdengar suara tawa renyah pecah dari
mulut Dayu, terdengar jelas kalau dia masih
dalam kondisi mabuk.
Beberapa menit berselang, terlihat Dayu
mengangkat lengannya dan mengangkat salah
satu tali penahan penutup dadanya dibahunya
kemudian pelan-pelan dia turunkan dari
bahunya. Alan mengucapkan sesuatu yang
kembali membuat tawa isteriku pecah.
Kemuadian dia memegang tangan Dayu dan
menariknya masuk ke dalam air diantara kedua
pahanya. Brengsek, umpatku dalam hati. Apa
Alan sudah membuat isteriku menyentuh batang
penisnya?
Dayu memekik terkejut pada awalnya lalu
kembali dia tertawa. Dia tetap membiarkan
tangannya berada di dalam air, lalu mulailah
terlihat dia menggerakkan tangannya. Kembali
Alan mengucapkan sesuatu dan Dayu tertawa
lagi, lalu dia angkat tangannya dari dalam air dan
menurunkan tali penahan penutup dadanya
yang satu lagi dari bahunya. Dia memandang
sekilas kearahku, dan aku terdiam tak berani
bergerak. Aku pasti telah membuatnya yakin
kalau aku masih tertidur lelap karena kemudian
dia menoleh kembali pada Alan.
Penutup dadanya sekarang hanya bergantung
ditahan hanya oleh daging bulat payudaranya
saja. Alan sekarang memandanginya tanpa
sungkan-sungkan lagi dan mengobrol dengan
penuh semangat. Aku tak tahu apa yang tengah
dia ucapkan, tapi melihat isteriku yang terlihat
melakukan setiap apapun yang Alan pinta, itu
pasti sebuah paduan sempurna dari sebuah
humor dan rayuan. Beberapa saat berikutnya
kembali tangan Dayu masuk ke dalam air. Kali ini
dia terlihat menahan nafas. Apapun yang dia
pegang di dalam air tersebut, itu membuatnya
terkesan. Alan tertawa dan membisikkan sesuatu
yang membuat tawa Dayu lebih pecah dengan
kerasnya.Kembali Dayu mengangkat tangannya dari
dalam air kemudian meremas kedua lengannya
rapat-rapat. Belahan daging payudaranya
terangkat sedikit, cukup untuk membuat
penutup dadanya sedikit lebih turun lagi,
membuat putingnya sekarang terekspos di
hadapan mata Alan. Putingnya yang merekah
terlihat sangat keras dan mencuat menggiurkan
dari bulat kenyalnya payudaranya yang indah.
Menyaksikan hal itu membuatku sangat terkejut
sekaligus merasa api birahiku berkobar hebat,
batang penisku langsung tebangun dan ereksi
penuh. Aku tak bisa percayai kalau isteriku telah
mengekspos dirinya dihadapan seorang pria
seperti itu, dan aku tak bisa percaya kalau diriku
sendiri merasa terangsang karena melihat
kejadian tersebut. Apa yang salah dengan diriku?
Alan sangat menikmati waktunya mengamati
keindahan payudara Dayu untuk bebeapa waktu,
kemudian dia membungkuk mendekat ke arah
Dayu dan membisikkan sesuatu di telinganya.
Dayu tertawa genit dan kembali tangannya
bergerak masuk ke air. Keduanya diam tak
berbicara untuk beberapa saat sedangkan tangan
Dayu bergerak naik turun di dalam air. Terlihat
nyata kalau Dayu tengah mengocok batang
penis Alan. Beberapa detik kemudian Dayu
menoleh ke arahku dengan ragu-ragu. Aku yakin
jika dia melihatku bergerak, maka dia akan
langsung menghentikan apapun yang tengah dia
lakukan itu, tapi aku tetap diam tak bergerak. Aku
merasa seberapa besar rasa cemburu dalam
dadaku, maka sebesar itu pula keinginanku untuk
melihat apa yang akan terjadi berikutnya.
Setelah memastikan kalau aku masih tetap
tertidur, Dayu turun dari tepian kolam lalu masuk
ke dalam air. Sekarang dia berdiri berhadapan
dengan Alan, penutup dadanya menempel
diperutnya. Kedua tangannya kembali masuk ke
dalam air lalu keduanya nampak sedikit
menggeliat untuk beberapa saat. Aku hanya
mampu menebak apa yang tengah mereka
lakukan hingga celana renang Alan tiba-tiba saja
muncul dari dalam air disamping tubuhnya.
Dayu telah melepaskannya!
Keduanya tertawa berbarengan, lalu kembali
Dayu memasukkan tangannya kedalam air.
Nafas Alan mulai terlihat berat dan tatapan
matanya terpaku pada payudara indah milik
isteriku. Dayu hanya tertawa genit atas tatapan
mata Alan pada payudaranya tersebut dan
bahkan beberapa kali nampak dia sedikit
menggoyangkan dadanya untuk memberikan
sedikit tontonan pada Alan.
Dayu mulai menggerakkan tangannya naik turun
dengan cepat dan semakin bertambah cepat,
sementara itu Atatapan mata Alan tak pernah
lepas dari payudara isteriku. Tiba-tiba Alan
memejamkan matanya rapat-rapat dan
menggigit bibir bawahnya. Dayu melihat ke
bawah dan menatap air seakan terhipnotis saat
Alan mulai menggelinjang. Setelah beberapa saat
dia berhenti menggelinjang dan membuaka
matanya kembali. Lalu Alan membisikkan
sesuatu padanya yang membuat Dayu menjerit
dengan nada genit marah dan mendorong Alan
menjauh. Alan tertawa dan menggenggam
celana renangnya, sedangkan Dayu memakai
penutup dadanya kembali.
Aku sudah tak yakin lagi apakah yang mampu
membuatku terkejut lagi, menyaksikan isteriku
memasturbasi pria lain didepan mataku ataukah
kenyataan bahwa tak ada seorangpun yang
memperhatikannya. Melihat sekeliling, kusaksikan
begitu banyak orang yang saling mencumbu,
dan aku rasa mereka berdua merasa sangat
yakin kalau tak ada seseorangpun yang
memperhatikan apa yang mereka perbuat. Aku
bertanya kalau diriku masih seorang pria lugu
dan kolot lagi sekarang, benarkah begitu?
Benakku menjawab, masih, namun batang
penisku yang ereksi berkata tidak.
Setelah setengah jam berikutnya, Kristin berdiri,
masih bertelanjang dada mengumumkan bahwa
saatnya untuk pergi ke pantai telah tiba.
Perusahaan telah menyewa beberapa van untuk
mengangkut semua orang disana dan tidak
memperbolehkan memakai mobil sendiri.
Aku pura-pura baru bangun dari tidurku saat
Dayu berjalan mendekatiku. Dia masih agak
mabuk, jika tak mau dikatakan mabuk dan
kuputuskan untuk melihat apakah dia akan
mengungkapkan semuanya. “Ada yang terjadi
lagi saat aku tertidur?”
“Tak begitu banyak, sayang,” jawabnya.
“Ada lagi yang mencuri lepas penutup dada?”
desakku.
“Kenapa?” tanya istriku dengan nada menggoda.
“Apa kamu ingin dengar tentang itu?”
“Mungkin,” jawabku, meskipun dengan cara
penyampaiannya itu membuatku terdengar
sangat ingin mendengarnya.
“Well, tak ada lagi yang mencuri lepas penutup
dada, tapi Alan masih ingin melihat payudaraku
dan dia terus merajuk. Jadi kupikir dia juga
sudah melihatnya, aku memberinya sedikit
bonus lagi.”
“Oh,” jawabku.
“Jadi kuturunkan sedikit penutup dadaku dan
membiarkan dia melihatnya. Tapi hanya itu saja.
Tak apa-apa kan sayang? Kamu tak marah
padaku karena sudah memperlihatkan
payudaraku sebentar pada teman priaku?”
jawabnya dengan nada merajuk.
“Aku rasa begitu…” jawabku datar. Aku sedang
membayangkan dia memasturbasi Alan.
Kami mengemasi handuk kami dan kemudian
berjalan mengikuti yang lain menuju ke area
parkir. Kami masuk ke dalam van yang semua
orang di dalamnya tak kukenal lalu mulailah kami
berangkat menuju ke pantai. Jalanan yang dilalui
sangat jelek dan membuat van yang kami
tumpangi terlonjak-lonjak, namun aku tak begitu
merasakannya karena aku tengah fokus pada
usaha untuk mengingat apa yang kusaksikan
pada Dayu dan Alan tadi.
Saat tiba di pantai, kuperhatikan kalau
perusahaan juga sudah mengeset sebuah erena
untuk permainan bola voli lengkap dengan net-
nya dan segera saja Kristin dan Nana sudah
berinisiatif untuk memuali sebuah pertandingan.
Kuputuskan untuk rebah diatas pasir saja dan
melihat, berusaha untuk menata perasaan dan
melegakan himpitan dalam dada, sedangkan
Dayu langsung bergabung dalam permainan.
Kedua team terbagi dalam kelompok wanita dan
pria. Sebenarnya pertandingan tersebut
menyenangkan untuk disaksikan karena para
pemainnya ternyata lumayan mahir dan juga
karena para wanita terlihat begitu menawan saat
melompat dalam balutan bikini minim mereka.
Seiring jalannya pertandingan, suasana semakin
bertambah panas, kata-kata jorokdan ejekan
penuh sendau gurau terus bersahutan.
Sekarang tibalah saatnya bagi isteriku untuk
serve. “Siap-siap guys, kali ini kalian ak akan bisa
mengemblikan!” teriaknya.
“Kamu mau bertaruh untuk penutup dadamu?”
teriak Eddie membalas.
Langsung terdengar riuh rendah suara
menyambut dari para penontonnya. Dayu
terdiam beberapa saat, mimik wajahnya
menggambarkan ekspresi yang sangat seksi
kemudian belas menyahut, “Kalau kamu tak bisa
mengembalikannya, kamu harus melepas
celanamu!”
“Ok, tapi itu tak akan terjadi sayang!” balas Eddie.
Dayu merespon dengan melempar bola
ditangannya tinggi-tinggi dan mengirimkan
sebuah serve yang sangat kuat. Aku tak yakin
berapa banyak rekan kerjanya yang tahu, kalau
dia saat kuliah dulu termasuk andalan dalam
team bola voli. Bola tersebut mengarah sangat
sesuai dengan yang dia inginkan, mendarat
dengan tajam diantara dua pemain yang paling
payah.
Para wanita bersorak menyambutnya
sedangkan para pria terlihat menepuk kepalnya
sambil mengerang kesal. Eddie bersiul dan
menghadap ke arah Dayu, kemudian
mencengkeram celananya kemudian
menurunkannya. Batang penisnya tak sepanjang
milik Dave namun jauh lebih besar. Benar-benar
cukup besar untuk mengundang siulan dan
teriakan dari para wanita. Dayu menatapnya
dengan senyum birahi tergambar pada
wajahnya. Belum pernah diamenatap bang
penisku dengan ekspresi seperti itu sebelumnya.
Dayu bersiap untuk serve berikutnya dan
berteriak pada seorang pria yang tak kukenal,
“Hey, Don! Mau bertaruh yang sama juga?”
Doni melihat ke arah Eddie, lalu beralih ke dada
isteriku dan kemudian menjawab, “Tentu saja!”
Dayu memberikan sebuah serve penuh tenaga
lagi, namun kali ini para pria sudah lebih siap
menyambutnya. Salah seorang pria melompat
menyambut datangnya bola, bola tersebut
melayang cukup tinggi bagi Dave untuk
menyambutnya dengan smash yang keras. Para
wanita terlihat terkejut dengan serangan
tersebut, dan begitu bola mendarat mulus diatas
pasir, para pria berteriak menyambutnya,
“Lepas! Lepas!”
Dayu menutup wajahnya dengan kedua telapak
tanganna, dia tertawa malu, lalu tangannya
bergerak kebelakang tubuhnya untuk
melepaskan penutup dadanya. Dia menahannya
didada untuk beberpa saatdan kemudian
melepas kain penutup dada tersebut ke samping.
Payudara bulat indahnya yang dihiasi putting
merah mencuat terpampang jelas tanpa
penghalang lagi. Para pria mulai bersiut dan
berteriak menyambutnya, sedangkan Dayu
tampak memerah wajahnya dan tertawa.
Dayu memainkan sisa pertandingan dengan
bertelanjang dada, membuat semua orang
mendapatkan sebuah tontonan indah. Setiap kali
dia berlari atau melompat untuk mengembalikan
bola, payudaranya akan memantul dengan seksi.
Kuperhatikan semua selangkangan para pria
terlihat menonjol karena ereksinya melihat
semua gerakan isteriku, khususunya Eddie.
Tak lama kemudian game tersebut berakhir
dengan kemenangan dipihak team isteriku. Dayu
dia berjalan memungut penutup dadanya, tapi
tak memakainya kembali. Lalu dia berjalan
menghampiri Eddie, yang baru saja mengambil
celananya. Kuamati dia agak merentangkan
punggungnya ke belakang, membuat
payudaranya lebih menonjol kedepan. Mereka
mulai mengobrolkan sesuatu, dan kuperhatikan
pandangan isteriku lebih sering tertuju pada
batang penis besarnya Eddie dan mata Eddie
seakan juga tak mau lepas dari dada isteriku.
Eddie mengucapkan sesuatu, lalu
mendorongkan batang penisnya kearah isteriku.
Dayu tertawa genit dan menggelengkan
kepalanya, tapi pandangannya tak beralih dari
batang penis tersebut. Eddie tetap pada
posisinya, tak bergerak dan setelah beberapa
lama tangan isteriku menggapai ke depan dan
menggenggam batang penis milik Eddie. Dia
memeganginya sejenak, kemudian dia sedikit
menggoyangkannya dan dia tertawa senang.
Eddie juga tertawa, kemudian tangannya terjulur
kedepan dan menarik bagian depan dari kain
penutup selangkangan yang dipakai Dayu. Dia
membungkuk kedepan untuk mengintip vagina
isteriku, sedangkan Dayu menjerit malu namun
tak berusaha menghentikannya.
Tiba-tiba saja Eddie menyentakkannya turun
hingga ke pergelangan kaki isteriku. Dayu
menjerit, membuat semua orang menoleh ke
arahnya dan menyaksikan vaginanya yang
dihiasi rambut tercukur rapi terekspos penuh.
Tubuh indah isteriku telah telanjang seutuhnya
sekarang, dan ekspresi malunya semakin
membuatnya terlihat sangat cantik.
Dengan cepat Dayu menaikkan penutup tubuh
bawahnya dengan diiringi sorakan para pria,
namun dia tak memakai kembali penutup
dadanya. Matahari sudah mulai beranjak ke
peraduannya sekarang, lalu Kristin meminta
semua orang untuk kembali ke resort,
semuanya diminta untuk berkumpul kembali di
hot tub jam 10 nanti.
Kami mulai berkemas dan berjalan menuju
mobil, kami berjalan dengan santai dan saat
kami tiba ke tempat parkir, yang tersisa hanya
sebuah mini-van kecil dan orang yang masih
ada berjumlah delapan orang. Iseriku adalah
satu-satunya wanita dikelompuk ini dan pria
yang kukenal dalam grup ini hanyalah Gary dan
Dave. Garry naik ke kursi pengemudi dan
menyuruh kita semua untuk segera masuk ke
dalam mobil.
Barusaja aku hendak menyuruh isteriku agar
duduk di kursi belakang, namun Dave yang
berada dikursi depan berkata, “Hey, Dayu, duduk
disini saja, kupangku! Biar semuanya cukup.”
Dayu sama sekali tak melirikku untuk meminta
persetujuan. “Oke,” dia tertawa manja, “Tapi
jangan macam-macam!” Kemudian dia naik ke
pangkuan Dave, dengan masih hanya memakai
penutup tubuh bawahnya saja. Para pria yang
lainnya dengan cepat saling berebut naikke kursi
tengah, membuatku terpaksa duduk jauh
dibelakang.
Semua orang kecuali aku dan Gary sudah dalam
keadaan lumayan mabuk. Aku duduk
dibelakang, disamping seorang pria yang
keadaannya sudah mabuk berat, dan berbicara
tentang sepak bola dengan suara yang sangat
keras. Semua orang nampak asik dengan topik
yang diangkat pria ini, jadi ada empat orang pria
yang mabuk saling teriak satu sama lainnya
dalam mini-van ini.
Aku tak begitu ingin ikut masuk dalam
pembicaraan mereka, karena aku ingin
konsentrasi mengawasi isteriku yang berada di
depan. Aku tak mau Dave mengambil
kesempatan dlam situasi ini. Sudut pandangnku
sangat kurang menguntungkan dan aku harus
membungkuk ke depan untuk dapat melihat apa
yang terjadi dikursi depan.
Pada awalnya kulihat isteriku nampak bersandar
ke tubuh Dave di belakangnya, yang berusaha
memasang sabuk pengaman ke tubuh mereka
berdua. Itu membuatnya harus meraih kedepan
dan tangannya menyentuh payudara Dayu
karenanya. Dave melakukannya lebih lama dari
yang seharusnya, tapi Dayu hanya
membiarkannya saja.
Kami mulai memasuki jalanan yang jelek,
membuat mini-van ini melompat-lompat dan
yang berada didalamnya terguncang. Ditengah
guncangan yang terjadi itu kuamati tangan Dave
yang semula berada di dada Dayu bergeser ke
pahanya. Keduanya asik mengobrol dan
tertawa-tawa, tapi karena keberadaanku di
belakang dan ditambah pula suar berisik para
pria mabuk ini yang membicarakan sepak bola
dengan sura yang keras membuatku dapat
mendengar apa yang tengah dibcarakan Dayu
dengan Dave.
Satu dari pria mabuk ini menoleh padaku dan
bertanya tentang team sepak boal favoritku. Aku
berusaha untuk tetapa fokus pada kejadian di
kursi depan, tapi aku tak ingin menarik perhatian
para pria mabuk ini. Jadi kujawab pertanyaaan
pria tersebut dan mulai masuk dalam
perbicangan tentang sepak bola ini. Jalanan yang
kami lalui bertambah semakin parah, dan aku
harus susah payah menjaga posisiku agar tetap
stabil dan pada perbincangan tersebut.
Saat akhirnya aku bisa melirik ke arah depan lagi,
keperhatikan Dayu dan Dave sudah tak memakai
sabuk pengaman lagi. Tak ada yang kelihatan
aneh. Tangan Dave masih berada dipinggang
isteriku, meskipun sekarang posisi duduk Dayu
agak lebih naik di pangkuan Dave dan
terguncang naik turun. Kupikir guncangan
tersebut disebabkan oleh buruknya kondisi jalan,
namun saat mobil berhenti dilampu merah,
kuperhatikan tubuh Dayu tetap bergerak naik
turun. Aku tak bisa melihat ekspresi keduanya
dan tiba-tiba saja sebuah prasangka buruk
menyergap otakku, mungkin saat ini Dave
sedang menyetubuhinya. Kecurigaanku semakin
besar saat kuamati mereka berdua sama sekali
diam tak saling bicara.
Disisa perjalanan aku membungkuk ke depan
dan mengamati tubuh isteriku terayun naik
turun, menerka-nerka tentang kemungkinan
kemungkin yang terjadi dikursi depan. Setelah
sekitar dua puluh menitan, mobil berbelok arah
dan sudah tampak resort di depan.
Aku yang paling terakhir keluar dari dalam mobil
dan aku bergegas menyusul Dayu yang sudah
berjalan didepan bersama Dave dan Gary. Saat
akhirnya aku berhasil menyusulnya,
kuperhatikan kalau wajahnya tampak memerah
dan dia sedikit berkeringat.
“Hey,” kataku, saat semua pria sudah berjalan
menjauh didepan. “Apa yang sudah terjadi
dikursi depan tadi?”
“Apa? Apa yang sudah kamu lihat?” tanyanya,
terdengar terkejut namun juga bersemangat.
“Aku tak bisa melihat, tapi kuperhatikan kalau
Dave terlihat sangat menikmati keadaannya,”
jawabku mencoba berkilah.
“Jangan marah, sayang, kami hanya bercanda
saja,” dia mulai menjelaskan. “Dave terus
mengeluh tentang celananya yang sangat sesak,
jadi aku menyuruhnya untuk menurunkannya
sedikit kalau dia mau. Sebenarnya aku cuma
bercanda dan bermaksud menggodanya saja.
Aku tak bermaksud agar dia benar-benar
melakukannya, tapi dia sungguh-sungguh
melakukannya. Andai saja kamu melihat betapa
batang penisnya sungguh sangat besar ”
terangnya dengan suara pelan namun punuh
gairah
“Sayang, batang penisnya itu sungguh besar.
Aku menggeseknya dengan pantatku beberapa
saat. Lalu dia sepertinya menarik penutup tubuh
bawahku kesamping dan kepala penisnya
menyelinap masuk ke dalam bibir vaginaku
begitu saja. Aku rasa itu tak sengaja. Dan kamu
tahu kondisi jalannya yang sangat parah kan?
Tubuhku jadi terangkat naik turun dan itu
membuat batang penisnya semakin masuk
bertambah dalam, hingga akhirnya… kamu
mungkin tak percaya sayang, batang penisnya
jadi masuk semuanya! Tapi baru sebentar saja
aku merasakan vaginaku terisi penuh, mobilnya
menghantam gundukan yang besar dan batang
penisnya jadi tercabut keluar begitu saja, lalu
kubetulkan lagi penutup tubuh bawahku dan
selesai, itu saja.”
Ekspresi wajahnya jadi bergairah dan menghiba
disaat yang bersamaan. “Tak apa-apa kan
sayang? Bukan masalah besar kan? Ini benar-
benar kecelakaan dan lagipula dia tak sampai
keluar.”
Aku sama sekali tak mampu bicara. Isteriku telah
berterus terang dengan sangat gamblang kalau
dia baru saja menyetubuhi seorang pria. Tapi
apa yang bisa kuperbuat? Aku tak mungkin
membuat keributan besar di resort ini, di
hadapan semua orang.
“Yah… kalau dia tak sampai keluar, kurasa itu tak
maslah,” akhirnya jawabku lirih.
“Kamu sungguh suami yang sangat pengertian
sayang!” teriaknya senang sambil memelukku.
“Ayo, kita cari sesuatu untuk makan malam!”


Adult | GO HOME | Exit
1/1663
U-ON

inc Powered by Xtgem.com